Indonesia yang sehat ibarat wajah yang terawat dengan baik. Wajah yang bersih dan bercahaya tidak muncul karena satu produk ajaib, tapi karena rangkaian perawatan skincare yang teratur dan saling melengkapi.
Kondisi Ideal Negara Indonesia Seperti Skincare yang Aman
Indonesia tidak akan sehat hanya karena satu lembaga bekerja dengan baik atau satu pemimpin terpilih, tapi karena seluruh komponennya, mulai dari rakyat, lembaga, hingga hukum berfungsi sesuai perannya dan bekerja selaras.
Dan akhirnya, rakyat adalah kulit wajah itu sendiri. Jika semua perawatan berjalan baik, maka rakyat akan sehat, sejahtera, dan bersinar dari dalam. Indonesia ideal bukan wajah yang ditutup riasan, melainkan yang dirawat dengan sistem yang bersih dan jujur.
Kondisi Negara Indonesia Saat Ini Seperti Skincare Abal-Abal
Jika Indonesia ideal diibaratkan wajah yang sehat, maka wajah bangsa kita kini justru rusak karena salah perawatan. Kulit bangsa meradang, iritasi, dan kusam akibat praktik yang keliru dan kebijakan yang tidak efektif.
Dan akhirnya, rakyat, ibarat kulit wajah itu sendiri, menanggung seluruh akibat: harga kebutuhan melonjak, pengangguran tinggi, dan kesenjangan makin lebar. Indonesia hari ini bukan wajah bercahaya, melainkan wajah lelah yang iritasi karena salah urus dan sistem yang tak pernah dibersihkan.
Solusi Perbaikan Negara Jika Dianalogikan Skincare yang Abal-Abal
Wajah negara sedang meradang dan penuh breakout. Selama ini, wajah bangsa tidak pernah dibersihkan dengan benar.
Pori-porinya tersumbat oleh apatisme, korupsi, dan pragmatisme. Solusinya bukan menambah serum baru, tapi mulai dengan facial cleanser yaitu pendidikan politik yang membersihkan kotoran sistemik.
Setelah itu, MPR menyeimbangkan kulit, DPR mengangkat sel mati kebijakan, presiden memberi nutrisi tepat sasaran, hukum menargetkan jerawat korupsi, pajak menutrisi ekonomi, dan TNI–Polri melindungi tanpa menekan.
Jika perawatan dilakukan menyeluruh dan teratur, wajah Indonesia akan kembali sehat dan bercahaya dari dalam, bukan sekadar tertutup makeup berupa gossip pejabat.
Apakah Ganti Presiden Sudah Cukup?
Mengganti Presiden saja tidak cukup untuk memperbaiki wajah negara. Presiden hanyalah serum aktif atau produk mahal yang hanya bekerja jika langkah sebelumnya benar. Tanpa facial cleanser berupa pendidikan politik yang membersihkan kotoran sistemik, serum Presiden tak akan terserap, bahkan bisa memperparah kondisi. Toner dari MPR, exfoliating serum dari DPR, moisturizer dari Kemenkeu, hingga sunscreen dari TNI–Polri pun harus diformulasikan dengan tepat.
Jika urutannya salah atau produknya abal-abal, wajah rakyat tetap berjerawat dan iritasi. Perubahan sejati hanya bisa terjadi bila perawatan dilakukan menyeluruh dan berurutan, dari pembersihan hingga perlindungan bukan sekadar mengganti serum di atas kulit yang masih kotor.
Apakah Cukup Menunggu Pemilu?
Banyak orang mengira menunggu pemilu lima tahunan akan otomatis memperbaiki wajah negara. Padahal, itu seperti berharap kulit berjerawat membaik hanya karena ganti serum, tanpa membersihkan wajah atau memperbaiki skincare dasarnya. Selama facial cleanser atau pendidikan politik, toner alias MPR, dan perawatan dasar diabaikan, jerawat lama tak akan hilang dan iritasi baru akan muncul.
Menunggu pemilu tanpa tindakan sistemik hanya membuat masalah menumpuk di mana korupsi, ketimpangan, dan lemahnya hukum tetap berlangsung. Perubahan sejati butuh perawatan rutin yaitu pendidikan politik, reformasi lembaga, dan pengawasan berkelanjutan.
Singkatnya, wajah negara tak akan sembuh hanya dengan ganti serum lima tahun sekali, tapi dengan rangkaian perawatan yang benar dan konsisten.