beritax.id - Fenomena tokoh politik populer yang terus dielu-elukan publik semakin marak dalam pemerintahan Indonesia. Popularitas menjadi komoditas utama. Banyak figur tokoh politik mencuat bukan karena gagasan, melainkan karena sorotan media dan strategi pencitraan.
Partai X menyoroti hal ini sebagai distorsi demokrasi yang membahayakan. Rakyat diarahkan memilih berdasarkan kesan, bukan kapasitas. Demokrasi seharusnya dibangun di atas pertarungan gagasan dan rekam jejak, bukan kampanye visual yang dangkal.
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, mengingatkan kembali fungsi pokok pemerintah. “Tugas negara itu tiga loh, melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” tegasnya.
Namun realitanya, banyak tokoh populer yang terpilih tidak menjalankan tiga fungsi dasar tersebut. Mereka justru sibuk menjaga citra dan popularitas. Kepemimpinan berubah menjadi pertunjukan. Rakyat hanya dijadikan alat elektoral, bukan subjek kebijakan.
Prinsip Partai X menegaskan bahwa politik adalah perjuangan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan melalui kekuasaan yang dijalankan secara efektif, efisien, dan transparan.
Popularitas tanpa integritas hanya akan melahirkan pemimpin yang rapuh dan manipulatif.
Negara bukan milik tokoh yang terkenal, tetapi milik rakyat yang berdaulat. Kepemimpinan terbaik adalah yang mampu menjaga amanah, berpihak pada kebenaran, dan membangun kebijakan berdasarkan ilmu, etika, serta keberanian moral.
Untuk meluruskan arah demokrasi yang terjebak popularitas, Partai X mengajukan solusi berikut:
Sekolah Negarawan milik Partai X dirancang sebagai ruang pembentukan pemimpin masa depan. Di sini, peserta dilatih berpikir strategis, memahami etika kekuasaan, dan memiliki komitmen terhadap rakyat. Popularitas bukan fokus utama, melainkan prinsip, rekam jejak, dan gagasan.
Sekolah ini menjadi solusi jangka panjang menghadapi krisis kualitas kepemimpinan. Karena pemimpin sejati tidak dibentuk dari sorak sorai massa, tapi dari ketekunan berpikir, keberanian mengambil sikap, dan dedikasi terhadap keadilan.
Partai X menegaskan bahwa demokrasi sejati tak bisa diserahkan pada figur populer semata. Rakyat perlu membedakan antara pencitraan dan kompetensi. Pemimpin terbaik bukan yang terkenal, tapi yang berpihak kepada rakyat dan bertindak berdasarkan gagasan.
Dengan prinsip kritis, objektif, dan solutif, Partai X hadir untuk menyadarkan publik. Demokrasi tidak akan sehat jika diisi oleh pemimpin palsu yang menjual mimpi tanpa isi. Saatnya rakyat memilih berdasarkan isi kepala, bukan citra yang dikemas dengan biaya besar.