Berita

Membaca Struktur Kenegaraan dari Analogi Sebuah Mobil
Berita Terbaru

Membaca Struktur Kenegaraan dari Analogi Sebuah Mobil

Dalam perjalanan panjang ini, kita semua ada di dalam satu mobil yang sama. Supaya perjalanan Indonesia bisa kembali lancar, kita perlu tahu dulu bagaimana kondisi kendaraan ini sebenarnya. Mari lihat satu per satu bagian mobil besar bernama Indonesia.

Kondisi Ideal Negara Indonesia Seperti Mobil Bagus

Suatu mobil bisa membuat perjalanan ini aman dan lancar jika dalam kondisi prima. Bukan cuma sopir yang penting, tapi juga semua bagian mobil harus berfungsi dengan baik.

  • Kemudi atau Setir Ibarat MPR

MPR adalah kemudi. Kalau setirnya kokoh dan responsif, mobil bisa diarahkan sesuai tujuan rakyat. Kemudi yang sehat memastikan arah perjalanan tidak mudah dipelintir oleh kepentingan sempit, dan mobil tetap melaju ke arah yang benar.

  • Mesin Ibarat Presiden dan Para Menteri

Presiden dan para menteri adalah mesinnya. Mesin yang kuat dan terawat akan membuat mobil berjalan lancar tanpa mogok. 

  • Filter Udara dan Knalpot Ibarat DPR

DPR berperan seperti filter udara dan knalpot. Filter udara menjaga agar udara yang masuk ke mesin tetap bersih, sedangkan knalpot mengeluarkan sisa pembakaran dengan baik. DPR seharusnya menyaring aspirasi rakyat dan mengawasi kebijakan pemerintah, sambil mencegah “asap kebijakan” yang kotor mencemari kehidupan masyarakat.

  • Saringan Bahan Bakar, Karburator, dan Injector Ibarat Kemenkeu dan DJP

Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak ibarat sistem bahan bakar. Mereka menyalurkan energi ke mesin agar bekerja maksimal. Pajak dan anggaran negara yang dikelola dengan bersih jadi bahan bakar yang mendorong mobil tetap jalan. 

  • Oli Mesin dan Filter Oli Ibarat Hukum dan Lembaga Pengawas

Hukum dan lembaga pengawas berfungsi seperti oli dan filternya. Oli menjaga agar bagian-bagian mobil tidak saling merusak. Begitu juga hukum dan pengawasan yang adil akan menjaga agar gesekan kekuasaan tidak menimbulkan kerusakan. 

  • Bahan Bakar Ibarat Pajak

Pajak rakyat adalah bahan bakar utama. Selama dikelola dengan benar, mobil bisa terus melaju. 

  • Bahan Bakar Cadangan Ibarat Utang Luar Negeri

Utang luar negeri adalah bahan bakar cadangan. Boleh dipakai saat darurat, tapi jangan dijadikan sumber utama. 

  • Penumpang Ibarat Rakyat

Rakyat adalah penumpang dalam mobil besar ini. Mereka bukan sekadar duduk manis, tapi juga punya hak untuk memastikan mobil berjalan ke arah yang benar. Penumpang berhak tahu apakah setir dikemudikan dengan aman, mesinnya dirawat, dan bahan bakarnya tidak dicuri di jalan.

Kalau semua bagian mobil bekerja baik, maka perjalanan bangsa akan berjalan mulus menuju kemakmuran dan keadilan. Tapi kalau salah satu rusak, entah setir goyah, mesin pincang, atau filter kotor, perjalanan pasti tersendat.

Indonesia seharusnya jadi mobil yang prima, bukan hanya bergantung pada sopir yang andal, tapi juga pada kendaraan yang sehat dan penumpang yang sadar ke mana tujuan mereka.

Kondisi Negara Indonesia Saat Ini Seperti Mobil Rusak

Kini, banyak bagian mobil tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Mobil yang seharusnya melaju kencang justru tersendat, bahkan nyaris mogok di tengah jalan.

  • Kemudi Ibarat MPR

Kemudi yang diibaratkan MPR itu macet dan terkunci. Rakyat yang mestinya memegang kendali justru tersisih, sementara arah mobil ditentukan oleh kekuatan lain di luar kehendak penumpangnya.

  • Mesin Ibarat Presiden dan Menteri

Presiden dan para menteri ibarat mesin utama. Kini mesin itu kehilangan tenaga. Kebijakan yang seharusnya mendorong kemajuan justru lemah, membuat mobil berjalan tersendat dan mudah macet.

  • Filter Udara dan Knalpot Ibarat DPR

DPR alias filter mobil saat ini dalam kondisi mampet, knalpotnya berasap pekat. Alih-alih menjadi pengawas yang menyehatkan, DPR justru sering menambah polusi dalam ruang demokrasi.

  • Saringan Bahan Bakar Ibarat Kemenkeu dan DJP

Saat ini, Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak seperti saringan yang buntu. Bahan bakar yang masuk kotor, bahkan sering harus ditambah pinjaman agar mesin tetap hidup. Akibatnya, tenaga yang keluar tidak maksimal.

  • Oli dan Filter Oli Ibarat Hukum dan Pengawasan

Hukum dan lembaga pengawas berperan seperti oli mesin yang melumasi agar tak terjadi gesekan berlebihan. Sayangnya, oli kini keruh dan bocor. Gesekan antar komponen makin keras, dan hukum yang seharusnya menenangkan justru gagal menjaga kestabilan mesin kekuasaan.

  • Bahan Bakar dan Cadangannya Ibarat Pajak dan Utang Luar Negeri

Pajak rakyat adalah bahan bakar utama, namun persediaannya menipis. Untuk menutup kekurangan, pemerintah bergantung pada utang luar negeri. Akibatnya, mobil yang seharusnya mandiri kini justru ditarik ke arah berbeda oleh dua kekuatan besar yaitu China dan Amerika, membuatnya oleng dan kehilangan kendali.

  • Penumpang Ibarat Rakyat

Rakyat adalah penumpang sekaligus pemilik kendaraan. Mereka mestinya ikut menentukan arah perjalanan. Namun kini mereka hanya terguncang di dalam kabin, merasakan setiap benturan tanpa bisa menyentuh kemudi. Mobil berjalan tanpa masukan langsung dari pemilik sahnya.

Kini mobil besar bernama Indonesia terguncang hebat. Bila kerusakan ini tak segera diperbaiki, perjalanan bangsa bisa berakhir di jurang ketergantungan dan kebangkrutan. 

Solusi Perbaikan Mobil Rusak

Mobil ini butuh servis besar, bukan tambal sulam. Harus dibongkar total, dibersihkan, dan dirakit ulang biar bisa jalan lagi seperti seharusnya.

Perbaikannya perlu “montir” yang paham betul: para intelektual, budayawan, rohaniawan, aparat, dan semua yang masih punya nurani untuk bekerja demi bangsa. Tapi mereka nggak bisa kerja sendirian. Rakyat juga harus ikut ngawasin biar nggak ada yang nyolong suku cadang atau main mata sama pihak luar.

Blueprint mobilnya alias konstitusi dan sistem ketatanegaraan juga harus dicek ulang. Fondasi yang rapuh bikin semua perbaikan percuma. MPR sebagai kemudi harus bisa kembali pegang arah, mesin pemerintahan harus punya tenaga, DPR perlu dibersihkan dari kepentingan sempit, pajak harus mengalir jernih, dan hukum harus jadi oli yang melumasi, bukan bikin macet.

Kalau semua bagian berfungsi lagi, mobil Indonesia bisa melaju mandiri tanpa derek asing. Rakyat pun bisa menikmati perjalanan yang lebih tenang dan punya arah jelas. Karena sejatinya, mobil ini cuma akan benar-benar kuat kalau kendalinya kembali di tangan pemilik aslinya: rakyat.

Apakah Ganti Presiden Sudah Cukup?

Banyak orang mengira solusi dari kerusakan negara adalah mengganti presiden. Padalah mengganti presiden tidak cukup karena ibarat mengganti mesin tanpa memperbaiki kemudi atau ban. Mesin baru tak akan banyak membantu jika bagian lain kendaraan bermasalah. Begitu pula negara: pemimpin baru tidak akan efektif tanpa reformasi hukum, birokrasi, dan konstitusi.

Apalagi presiden tidak bekerja sendirian. Ia terikat oleh kepentingan partai, DPR, dan kelompok ekonomi besar. Sehebat apa pun presidennya, jika aturan dan lembaga pengawas tetap rapuh, hasilnya tidak akan berubah.

Perubahan sejati hanya bisa terjadi jika rakyat bersama kaum intelektual, pemuka agama, budayawan, dan aparat keamanan berani memperbaiki fondasi negara. Kedaulatan harus kembali ke tangan rakyat bukan bergantung pada satu orang di puncak kekuasaan.

Apakah Cukup Menunggu Pemilu?

Sering kita dengar orang berkata, “tunggu saja pemilu, lima tahun lagi kita bisa ganti pemimpin.”  Menunggu pemilu ibarat menunggu montir datang lima tahun sekali, padahal mobil sudah bocor oli, mesinnya ngempos, dan kemudinya macet. Selama kita diam, kerusakan makin parah dan biaya perbaikan makin mahal. 

Begitu juga dengan negara, selama rakyat hanya menunggu pemilu, korupsi tetap jalan, kebijakan buruk terus berlangsung, dan utang makin menumpuk. Intinya, kita tidak cukup menunggu pemilu lima tahunan.