beritax.id - Analisis politik Indonesia dengan konflik terbuka di antara lembaga negara dan pejabat partai politik terus memperkeruh iklim demokrasi Indonesia. Ketidakjelasan arah kebijakan dan rebutan panggung kekuasaan menciptakan instabilitas. Dalam situasi ini, publik semakin kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin yang seharusnya menyelesaikan masalah bangsa.
Berbagai survei terbaru menunjukkan merosotnya legitimasi institusi politik di mata rakyat. Rakyat merasa ditinggalkan dalam dinamika pemerintahan yang kian eksklusif. Demokrasi dinilai gagal mewujudkan keadilan dan kesejahteraan yang dijanjikan pasca reformasi.
Partai X menyatakan bahwa paradigma politik lama sudah usang. Politik tak boleh hanya soal kuasa dan prosedur. Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyampaikan analisis politik Indonesia perlu pembaruan karena bahwa esensi pemerintahan telah dilupakan. “Tugas pemerintah itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa politik harus dipahami sebagai instrumen keadilan dan efisiensi kekuasaan. Pemerintah bukan pemilik negara, tapi pelayan rakyat. Jika kekuasaan tidak dijalankan secara transparan, maka rakyat berhak mengoreksi arah perjalanan negara.
Untuk menyongsong masa depan yang lebih adil, Partai X mendorong pendirian Sekolah Negarawan. Institusi ini akan mencetak pemimpin yang berpikir sistemik, visioner, dan berlandaskan ilmu politik serta etika. Dalam kerangka itu, pemimpin negara harus mampu menyeimbangkan kekuasaan dan tanggung jawab sosial.
Sekolah ini akan menjadi pusat pendidikan bagi kader yang akan menata ulang arah bangsa. Mereka akan dilatih untuk memahami prinsip negara sebagai entitas yang harus melindungi, melayani, dan mengatur rakyat secara adil dan efisien.
Prinsip Partai X menegaskan bahwa politik adalah perjuangan untuk menjalankan kewenangan secara efektif, efisien, dan transparan.
Tujuannya hanya satu: mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Kewenangan harus dijalankan dengan hikmat dan kebijaksanaan, bukan kepentingan sempit kelompok.
Dalam sistem sekarang, kekuasaan terlalu terpusat pada satu figur. Presiden bertindak sebagai pemilik sekaligus sopir bus negara. Ini menimbulkan banyak penyalahgunaan kewenangan karena tidak ada pembagian otoritas yang sehat. Analogi Partai X: pemilik bus seharusnya rakyat, bukan Presiden.
Untuk keluar dari jebakan sistem yang rusak, Partai X menawarkan kerangka solusi:
Partai X menegaskan bahwa rakyat adalah pemilik kedaulatan, bukan objek kekuasaan. Pemerintah hanyalah pelaksana mandat. Maka, sistem pemerintah harus dikembalikan pada asas partisipasi, keadilan, dan efisiensi.
Paradigma baru yang ditawarkan bukan sekadar teori, tetapi solusi yang harus segera diwujudkan. Lewat prinsip dan kader negarawan, Partai X siap membawa bangsa ini kembali ke arah tujuan awal kemerdekaan: keadilan sosial dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.