Ada yang berbeda dari forum "Sinau Kebangsaan" yang digelar Sekolah Negarawan bersama komunitas Bangbangwetan di Surabaya, Senin (10/11/2025). Acara ini tidak hanya menjadi mimbar kritik. Tetapi juga ajang konsolidasi gagasan "Empat Pilar Negara" yang diyakini sebagai fondasi untuk mengembalikan kedaulatan rakyat.
Forum Sinau Kebangsaan secara khusus menghadirkan perwakilan dari empat pilar yang disebut sebagai penyangga utama negara, yakni kaum intelektual, rohaniawan, budayawan/adat-istiadat, dan unsur TNI/Polri.
Gagasan ini merujuk pada pemikiran Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang dikembangkan Sekolah Negarawan. "Negara sebagai rumah rakyat ini memiliki empat pilar kaum intelektual, kaum agamawan/rohaniawan, TNI/Polri, dan kalangan budaya/adat istiadat," ungkap narator dalam segmen dramatic reading di acara tersebut.
Keempat pilar ini diposisikan sebagai "penjaga" yang mengelilingi dan melindungi rakyat, yang memegang kedaulatan tertinggi.

Representasi dari pilar-pilar tersebut hadir secara fisik maupun simbolis. Pilar intelektual diwakili oleh kehadiran sejumlah akademisi dan pemikir seperti Guru Gembul, Prof. Suko Widodo, dan Dr. Alessandro Rey. Pilar rohaniawan diwakili oleh Ustad Rosidin dari Al-Hikam.
Sementara itu, pilar budayawan dan adat-istiadat tampak kuat dengan hadirnya penyair D. Zawawi Imron serta perwakilan dari dua kesultanan bersejarah di timur Indonesia: Irwan Abdul Gani (Sekretaris Kesultanan Ternate) dan Idris Sudin (Rektor Universitas Nuku, Tidore).

Pilar keempat, TNI/Polri, mendapat sorotan khusus melalui pesan video dari Jenderal TNI (Purn.) Fachrul Razi. Dalam tayangan tersebut, Fachrul Razi menyatakan dukungannya terhadap gerakan moral untuk memperbaiki bangsa.
"Saya sangat sejalan dengan pemikiran Cak Nun dan kawan-kawan bahwa TNI tidak saja berfungsi sebagai penjaga rumah besar Indonesia. Tetapi sekaligus juga pengingat seluruh komponen bangsa bahwa kekuatan sejati lahir dari rakyat, bukan dari kekuasaan," tegas Fachrul Razi dalam pesannya.
Mantan Panglima TNI di era reformasi itu juga mendukung penuh. Adapun ajakan untuk "meluruskan kembali nilai etika dan kebijaksanaan bangsa" melalui musyawarah.
Pertemuan simbolis empat pilar ini menjadi langkah awal Sekolah Negarawan untuk menggalang dialog kebangsaan yang lebih luas. Sejalan dengan deklarasi mereka untuk membentuk "Sekretariat Musyawarah Kenegarawanan".