"Kamu tidak akan memperjuangkan perubahan dari ketidakbenaran menjadi kebenaran ketika yang harus kamu pelihara adalah kemapanan dalam ketidakbenaran itu sendiri."
— Cak Nun
beritax.id - Dalam perjalanan membumikan gagasan-gagasan ketatanegaraan dari Cak Nun, saya seringkali dihadapkan pada satu realitas yang getir: begitu banyak orang menyukai narasi perubahan, namun begitu sedikit yang betul-betul siap menjadi eksekutor perubahan. Mereka lebih suka menjadi penonton spiritual atau penikmat retorika ketimbang menjadi pelaku sejarah.
Padahal, seperti yang sering ditegaskan Cak Nun, perubahan tidak akan pernah lahir dari orang-orang yang nyaman dalam ketidakbenaran. Tidak akan lahir dari mereka yang punya terlalu banyak "yang harus dijaga", entah jabatan, kenyamanan ekonomi, reputasi sosial, atau privilese dalam sistem yang bobrok.
Untuk mengeksekusi gagasan besar, terlebih yang sekelas “Konstitusi Langit” ala Cak Nun, dibutuhkan keberanian spiritual dan moral. Dibutuhkan niat yang kudus, seperti kata Cak Nun, untuk berdiri di jalur sunyi yang sering tidak populer.
Seorang eksekutor perubahan bukan hanya cerdas atau paham teori. Ia harus berani “menanggalkan jubah” kenyamanannya. Harus berani dikhianati, ditinggalkan, dan bahkan dicap gila. Karena perubahan sejati selalu menuntut pengorbanan.
Bahkan, Rasulullah sendiri mengajarkan bahwa perubahan dimulai dari kesungguhan:
Siddiq → Amanah → Tabligh → Fathanah.
Kalau kita tidak jujur (siddiq) dan tidak punya beban moral (amanah), maka apa yang kita sampaikan (tabligh) hanya akan jadi jargon kosong. Tanpa itu semua, kecerdasan (fathanah) hanyalah kamuflase intelektual belaka.
Bangsa ini tidak akan diselamatkan oleh mereka yang pintar menyesuaikan diri dengan sistem yang busuk. Justru bangsa ini membutuhkan mereka yang berani mengganggu sistem itu, dengan gagasan, keberanian, dan kerja keras yang konsisten.
Gagasan Cak Nun bukanlah utopia. Ia adalah cetak biru yang menunggu pelaksana. Tapi cetak biru sehebat apapun tidak akan membangun rumah kalau tidak ada tukang yang berani bekerja di tengah hujan badai, di atas tanah penuh lubang warisan sejarah.
Kepada Anda yang merasa terpanggil sebagai bagian dari “pasukan jantung” Maiyah, ini saatnya Anda menyambut gagasan, bukan sekadar mengaguminya. Ini saatnya menjadi eksekutor, bukan hanya komentator.
Bangsa ini sudah terlalu lama tersandera oleh kenyamanan dalam ketidakbenaran. Jika Anda termasuk orang yang sudah tidak tahan lagi melihat ketimpangan, ketidakadilan, dan kepalsuan sistem, maka Anda sedang dipanggil untuk jadi pelaku perubahan.
Dan perubahan sejati tidak akan pernah datang dari orang-orang yang masih memelihara kemapanan di dalam sistem yang salah.
Semoga kita semua menjadi manusia yang siddiq dalam niat, amanah dalam perjuangan, tabligh dalam dakwah, dan fathanah dalam menyusun strategi, agar gagasan “langit” itu benar-benar turun ke bumi, menjadi sistem negara yang adil, merdeka, dan berdaulat.