Indonesia bisa seperti analogi sebuah pohon. Dari akar hingga buah, setiap bagian mewakili elemen penting negara dasar nilai, hukum, kebijakan, dan kesejahteraan rakyat. Melalui gambaran sederhana ini, kita dapat melihat dengan jelas di mana letak kerusakannya dan bagaimana cara memulihkannya agar Indonesia kembali tumbuh subur dan memberi manfaat bagi semua.
Indonesia adalah pohon kehidupan yang tumbuh di tanah subur nusantara. Pohon ini berdiri untuk memberi naungan, buah, dan kehidupan bagi seluruh rakyat. Agar tetap kokoh, setiap bagiannya harus berfungsi sesuai perannya.
Jika akar dijaga, batang ditegakkan, ranting ditata, dan daun disuburkan, maka pohon Indonesia akan terus tumbuh subur bisa memberi keteduhan, harapan, dan kehidupan yang adil bagi semua.
Indonesia hari ini ibarat pohon besar yang tampak megah dari luar, namun sesungguhnya sedang sakit.
Rakyat sebagai pemilik pohon kini hanya disuguhi ilusi. Pohon yang seharusnya memberi kehidupan justru rapuh, penuh hama, dan kehilangan daya tumbuhnya. Jika akar tidak dipulihkan dan batang tidak ditegakkan kembali, pohon Indonesia akan berdiri besar, tapi mati perlahan dari dalam.
Pohon Indonesia bisa pulih hanya jika akarnya diperbaiki. Akar itu adalah nilai dasar bangsa yang harus kembali menancap kuat ke dalam kehidupan rakyat. Untuk itu, perlu dibentuk Tim Ahli Pertanian Bangsa yang merupakan gabungan tokoh intelektual, budayawan dan pemuka adat, rohaniawan, serta TNI dan Polri yang berintegritas.
Mereka bertugas memulihkan akar, memperkuat batang hukum dan konstitusi, menata ranting kebijakan, hingga memastikan buah kesejahteraan dapat dipetik semua rakyat.
Tugas mereka bukan membuat kebijakan baru, melainkan menyembuhkan sistem: membersihkan akar dari parasit korupsi, menata kembali jalur nutrisi berupa hukum dan birokrasi, serta memastikan nilai dasar bangsa benar-benar bekerja dalam praktik.
Rakyat tetap menjadi pemilik dan pengawas utama. Mereka harus ikut menjaga agar proses perbaikan berjalan jujur, terbuka, dan berpihak pada kepentingan bersama. Dengan akar yang kuat dan sistem yang sehat, batang pemerintahan akan kokoh, ranting kebijakan teratur, daun kehidupan hijau kembali, dan pohon Indonesia berbuah kesejahteraan nyata bagi semua.
Mengganti presiden tidak cukup untuk memperbaiki keadaan bangsa. Dalam analogi pohon, presiden hanyalah bagian dari daun atau ranting, sementara penyakit utama ada di akar. Selama akar yakni dasar negara tidak dipulihkan, siapa pun presidennya akan tetap terjebak dalam kerusakan yang sama.
Perubahan sejati hanya bisa terjadi jika akar bangsa yaitu dasar negara kembali kuat sehingga rakyat berdaulat, hukum tegak, dan sistem berjalan jujur. Setelah itu, presiden baru barulah dapat tumbuh sebagai bagian dari pohon yang sehat dan berbuah bagi seluruh rakyat.
Apakah Cukup Menunggu Pemilu?
Menunggu pemilu lima tahunan saja tidak akan membawa perubahan besar. Jika Indonesia diibaratkan pohon, menunggu pemilu sama seperti menanti panen tanpa memastikan akarnya sehat. Pohon tidak akan berbuah manis jika akarnya rapuh dan batangnya keropos.
Masalah bangsa bukan hanya soal siapa pemimpinnya, tapi bagaimana sistem dan nilainya dijalankan. Karena itu, rakyat tidak bisa hanya menunggu. Mereka harus ikut merawat “pohon bangsa” setiap hari. Misalnya mengawasi lembaga negara, menjaga kejujuran hukum, dan memperkuat nilai dasar kebangsaan.
Dengan cara itu, pemilu bukan sekadar rutinitas lima tahunan, melainkan hasil dari kerja bersama yang terus-menerus. Jika akar dan batang bangsa sudah kuat, maka siapa pun pemimpin yang terpilih akan mampu menumbuhkan buah kesejahteraan yang nyata bagi semua rakyat.