beritax.id – Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya pada peringatan Hari Lahir Pancasila menyerukan agar Pancasila jangan dijadikan mantra. Namun, isinya dinilai tidak menyentuh akar permasalahan dan tidak menunjukkan arah implementasi nilai-nilai Pancasila ke dalam sistem pemerintahan.
Berdasarkan analisis independen, pidato itu hanya memperoleh skor rata-rata 3 dari 10 dalam konsistensi substansi. Retorika dianggap jauh dari semangat pelembagaan nilai Pancasila dalam kebijakan negara.
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan bahwa Pancasila tidak bisa hidup hanya dalam teks pidato. “Kalau tidak ada sistem, nilai-nilai Pancasila hanya jadi pajangan,” ujarnya.
Menurut Rinto, tugas negara adalah melindungi, melayani, dan mengatur rakyat secara adil.
Jika pidato hanya berisi klaim tanpa peta jalan, maka negara telah gagal menjalankan fungsi konstitusionalnya sebagai pelayan rakyat.
Rinto mengingatkan bahwa rakyat adalah raja. Pemerintah tidak berhak menggunakan Pancasila sebagai tameng jika tidak siap mengimplementasikan keadilan sosial dan demokrasi musyawarah. “Kalau rakyat hanya dikasih pidato, lalu tetap miskin dan bingung, maka itu bukan pelayanan,” tegasnya.
Ia juga menilai bahwa penggunaan istilah “mandataris rakyat” tanpa koreksi terhadap sistem pemilu berbasis partai adalah bentuk pembohongan struktural.
Partai X menyiapkan strategi konkret:
Partai X melalui Sekolah Negarawan membentuk pemimpin yang mampu menjalankan Pancasila dalam sistem, bukan sekadar dalam ucapan. Nilai seperti keadilan sosial, gotong royong, dan demokrasi musyawarah diajarkan dengan dasar ilmu dan kepemimpinan kenegaraan.
Rinto menegaskan bahwa Pancasila bukan milik pemerintah, tapi milik rakyat. “Kalau Pancasila hanya keluar setahun sekali, lalu rakyat tetap jadi korban sistem, itu penghinaan terhadap nilai luhur bangsa,” tutupnya.
Untuk berita selengkapnya dapat dibaca melalui beritax.id pada Isi pidato lengkap Prabowo di Hari Lahir Pancasila 2025.